6 Langkah Melatih Kemandirian Anak, Salah Satunya Harus Tegas | Beauty Moms
6 Langkah Melatih Kemandirian Anak, Salah Satunya Harus Tegas
Menjadi seorang ibu merupakan anugerah yang luar biasa. Rasanya bahagia dikelilingi anak-anak yang berlarian di lorong-lorong rumah, merawat mereka, mendampingi belajar dan tumbuh. Namun adakalanya, ibu juga merasa sangat lelah karena pekerjaan rumah tangga yang tidak kunjung usai. Kamar yang berantakan, mainan yang tercecer, handuk basah di atas tempat tidur dan masih banyak kekacauan yang membuat ibu stres.
Ibu merasa cepat lelah dan terkuras energinya karena mengerjakan nyaris semuanya sendiri. Padahal si kecil sebenarnya bisa lho diajak membantu. Anak-anak bahkan menganggap pekerjaan tersebut seperti bermain. Ini secara tidak langsung sedang mengajarkan kemandirian.
Kenapa anak wajib dilatih mandiri? Karena anak tidak mungkin didampingi terus sepanjang hidupnya. Kelak akan ada masanya orangtua dan anak berpisah juga.
Entah dipisahkan karena dia berkeluarga, tugas atau hal lain. Anak tidak bisa selamanya tergantung dengan orang tuanya. Anak yang tidak segera mandiri akan mendatangkan masalah di masa depannya.
Tak Didik Mandiri Bisa Jadi Peragu
Ciri-ciri anak yang kurang diajarkan kemandirian adalah sulit mengambil keputusan atau peragu. Terbiasa dibantu membuatnya cenderung malas berpikir.
Anak yang tidak dilatih mandiri akan sulit berpikir kritis, karena tidak terbiasa mencari solusi saat menghadapi permasalahan.
Selain itu, anak yang tidak mandiri juga rentan jadi korban bullying teman-temannya karena kurang memiliki rasa percaya diri. Nah, mom tidak mau kan itu terjadi?
Kepala Sekolah Alam Green Kids, sebuah sekolah berbasis fitrah, Surya Agustiningsih atau akrab disapa Miss Ningsih menceritakan sebuah kisah .
Ada sepasang suami istri. Mereka berdua memiliki lima orang anak. Karena kebutuhan ekonomi, pasangan suami istri istri ini, keduanya harus bekerja. Mereka memanjakan anak-anaknya. Ssakit kelewat memanjakan, sedari kecil hingga besar selalu dilayani. Tidak pernah diberi tugas pekerjaan rumah.
Suatu waktu, sang ibu meninggal dunia. Ayahnya akhirnya berperan ganda. Dia membanting tulang bekerja memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya sekaligus mengasuk kelima anaknya.
Tak lama kemudian, sang ayah pun meninggal dunia. Kelima anak ini kaget dan gagap. Tidak tahu harus berbuat apa. Kelimanya pun kemudian mereka ikut pakdhenya. Karena tidak memiliki skill apapun mereka menjadi beban.
Bisa Dimulai Sejak Berjalan
Cerita tersebut bisa dijadikan pelajaran, bentuk kasih sayang dengan melayani anak secara terus-menerus justru bisa menjadi bumerang . Anak-anak tidak terbiasa melayani diri mereka sendiri hingga dewasa dan selalu meminta bantuan kepada orang lain.
Padahal, melatih anak mandiri bukan berarti menjadi raja tega. Lebih baik tegas di awal daripada menderita di akhir. Bersusah payah mendidik mereka di waktu kecil, maka kita bisa memetik hasilnya di masa depan.
Melatih kemandirian bisa dimulai dari hal-hal sederhana lho. Misalnya, saat bangun pagi anak bisa diminta merapikan tempat tidur. Dilanjutkan meletakkan pakaian kotor di tempat cucian, mandi sendiri, makan tanpa disuapi, membuang sampah sisa jajan, membereskan mainan dan masih banyak lagi.
Tapi setelah itu, jangan menerapkan standar orang dewasa dalam menilai hasilnya. Pasti hasil latihan anak-anak tidak akan sesempurna orang tuanya. Karena mereka sedang dalam proses belajar.
Lalu kapan anak harus mulai dilatih mandiri? Jawabannya bisa beragam. Namun usia yang paling tepat adalah saat anak sudah mulai bisa berjalan. Dikisaran 1-3 tahun.
Anak yang bisa berjalan sudah timbul percaya diri bahwa dia mampu. Mereka juga sudah mulai mampu mengungkapkan keinginan. Semakin besar usia anak, semakin tinggi beban kemandirian yang bisa diajarkan. Berikut tips untuk mom saat melatih kemandirian anak, menurut Miss Ningsih ada 6 poin penting:
1. Sabar
Proses menuju kemandirian bukan secepat memasak mi instan. Butuh stok sabar yang banyak. Anak bisa mendiri tentu perlu waktu dan latihan yang kontinyu. Jika tidak sabar dan marah-marah justru akan menurunkan semangat anak.
Misalnya saat anak belajar makan, makanan tersebut berceceran di lantai. Mom tidak perlu keluar tanduk. Karena bagaimanapun mereka sedang belajar dan pasti hasilnya tidak langsung sempurna.
Marah tidak pernah menyelesaikan masalah. Kalau anak salah, justru yang harus interopeksi adalah orangtuanya. Pola asuh orangtualah yang membentuk kepribadian anak.
2. Waktu
Anak tentu membutuhkan waktu saat berlatih kemandirian. Sebaiknya memberi semacam “kandang waktu” atau waktu yang cukup bagi mereka saat berusaha melakukan pekerjaannya sendiri.
Sebagai contoh, saat anak mandi, biasanya anak sangat senang bermain air sehingga dia lupa bahwa waktunya sudah mendesak untuk berangkat sekolah. Nah, mom bisa memberi mereka batasan waktu. Katakan, mandinya 5 menit lagi yaa.
Mendekati lima menit, misalnya 1 menit sebelum selesai kita ingatkan lagi. Jadi anak ada persiapan untuk menyelesaikan aktivitasnya. Tidak tiba-tiba dihitung sampai sepuluh, lalu anak tiba-tiba disuruh berhenti, anak akan merasa tidak tenang.
3. Tegas
Mendidik anak perlu tegas. Tutup telinga kanan kiri dari omongan tetangga. Mereka mungkin mengatakan kita tega terhadap anak padahal ini adalah tegas. Ini dilakukan justru karena ayah dan ibu sayang. Tegaskan kalau kita ingin mereka mandiri atas dasar kasih sayang.
Penyebab terbesar anak gagal mandiri adalah karena merasa merasa tidak tega. Aduh nanti kalau nggak disuapin nggak makan gimana? Kalau nggak diambilin minum nggak minum gimana. Lama banget nggak bisa ngancingin baju, sini deh ibu kancingin biar cepet. Nah, akhirnya mom tidak konsisten dan anak malas belajar.
4. Minimal dalam Memberi Bantuan
Anak boleh dibantu tapi jangan selalu dibantu. Harus dilihat apakah anak memang benar-benar membutuhkan bantuan atau itu senjata mereka saja karena malas mengerjakan sendiri. Saat anak bilang tidak bisa, jangan berhenti memberi motivasi.
Mungkin melihat anak tidak kunjung bisa memakai celana, rasanya gemas ya mom, tapi sekali lagi beri dia waktu. Jangan terburu-buru ingin membantu.
5.Teladan
Jadilah orangtua teladan. Jangan melatih anak mandiri tapi mom justru sering menyuruh-nyuruh anak untuk membantu hal yang bisa mom lakukan sendiri. Tunjukkan bahwa mom juga mengambil peralatan makan sendiri atau membuang sampah miliknya sendiri. Jika memang sangat memerlukan bantuan anak, jangan lupa mengatakan tolong dan terimakasih karena telah dibantu.
6. Apresiasi
Anak paling senang dipuji. Beri penghargaan yang tulus ketika mereka berhasil menyelesaikan tugasnya. Bisa juga diberi hadiah untuk menambah semangatnya. Tak harus materi, bisa sebuah pelukan, ciuman atau bahkan waktu untuk bermain bersama.
Misalnya ketika anak berhasil menata sepatu di rak , mom bisa katakan “Wah kamu hebat sekali nak. Cara menata sepatunya rapi. Nanti kalau kita mencari sepatu, pasti lebih mudah. Makasih ya udah bantu mama. Mama kasih hadiah pelukan ya,”
Nah, meskipun sudah diberi tipsnya. Tapi memang tidak akan semudah membacanyaa. Praktek pasti jauh lebih sulit tapi tidak ada yang tidak bisa. Yang penting tetap semangat dalam melatih kemandirian anak.
Nanti akan melihat anak yang mandiri daya juangnya juga akan lebih tinggi, menjadi anak yang tidak mudah mengeluh, dan yang penting juga tidak selalu bergantung pada orang lain. Pasti mom ingin melihat masa-masa itu terjadi kan? Ditunggu kabar bahagianya. (buna mirza)